7/27/2012

Resensi Novel Sekolahku Bukan Sekolah


Kata Pengantar
            Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmad-Nya, sehingga setelah melalui proses panjang, akhirnya tugas meresensi novel ini bisa diselesaikan.
            Saya merasa optimis bahwa resensi novel ini dapat memberikan keberhasilan dalam meresensi bagi semua siswa, sehingga bisa memberikan kita manfaat khususnya apabila kita meresensi sebuah novel dengan mudah dan benar.
            Sekalipun demikian, saya menyadari bahwa proses penyusunan resensi ini merupakan pekerjaan yang tidak ringan, sehingga memungkinkan adanya kekurangan maupun kesalahan baik dalam penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu saya mohon maaf dan saya mengharap saran, kritik, maupun masukan dari pembaca analisis ini.


Srono, 06 Maret 2012

Penulis








Nama   : smilecrew
Kelas   : XII IPA 3
       “Sekolahku Bukan Sekolah
Penerbit           : Matapena Yogyakarta (LKIS)
Edisi                : Soft Cover
Penulis             : Maia Rosyida
Tanggal terbit  : 2009 – 00 – 00
Halaman          : V 234
Ukuran                        : 110x170x0
Katagori          : Fiksi/Novel/Sastra

SINOPSIS
            Dari bahasa Yunani, sekolah mempunyai arti luang. Tentu saja waktu luang yang penuh arti, yang ideal, yang tidak membosankan dan padat dengan pembelajaran. Tentu saja setiap manusia akan punya sikap yang tidak sama dalam menginginkan itu. Mereka punya beragam ekspresi yang tidak bisa dipaksakan untuk sama. Punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Melihat kenyataan seperti itu, aku berharap akan ada sekolah yang tidak mengekang ekspresi. Aku ingin bersekolah dengan peraturan yang sehat, dengan kebebasan yang berprinsip, dengan berbagai ekspresi dan tentu saja dengan jalan yang alternative, jalan yang bisa jadi bahan escape di tengah-tengah jalanan macet yang sama sekali tidak menguntungkan.
            Sekolah yang akhirnya sepakat kita kasih nama Alternatif School. Sekolah yang mengutamakan kesehatan tanpa efek samping. Sekolah yang sangat banyak pilihan tanpa ada batas. Sekolah yang berlaboraturium raksasa berupa alam luas. Sekolah yang dipercaya bakalan bisa menghipnotis anal-anak bangsa untuk membunuh kemalasan. Sekolah yang benar-benar tahu apa arti dan tujuan sekolah. Apa arti ilmu dan apa arti pendidikan. Karena aku tahu kehidupan nggak bisa jalan lurus tanpa dua hal itu. Karena ilmu itu ladangnya amal. Amal sendiri adalah momok saat kita sudah say good bye sama dunia. Ilmu biar gimanapun merupakan cahaya yang paling nyata. Semakin dibagi malah jadi nggak karuan banyaknya. Nggak ada ilmu orang buta. Kehidupan sesat, penuh kemunafikan, kebodohan, penipuan dan segala yang membuat hidup jadi serba tak ada artinya. Ilmu yang nggak terdidik bakalan jalan seperti tanpa baterai. Orang pintar tapi keblinger. Cuma pengen sekolah tapi nggak tahu tentang apa-apa.
            Aku juga masih nekat untuk terus memperebutkan sesuatu dengan cara mengisi waktu luang sebaik mungkin. Kata lain dari sekolah. Iya, sekolah kini adalah darah dagingku. Bola adalah jantungku dan ambisi untuk jadi pemenang adalah obsesi terbesar dalam hidup ini. Dalam hal apapun, aku memang harus menang. Aku seperti biasa saja menjalani hidup, satu yang aku pengen jadi pemain sepak bola dunia seperti jagoan-jagoanku yang sudah mendahului. Kalau urusan sekolah aku bisa dibilang ambisius, karena aku juga senang sama teori yang nantinya bikin aku jago main bola. Maksudnya pembahasan empiris yang bikin hidupku bisa lebih semangat. Karena permainan perebutan bola itu bukan hal yang biasa. Memperebutkan sesuatu yang kecil untuk menjadikannya sesuatu yang besar adalah imajinasi tinggi.
            Kita memang wajib mandiri dalam hal apapun. Apalagi di sekolah ini hak bisa sepenuhnya dipegang murid. Kita mau ngapain aja, guru siap bantu. Jadi disini guru itu malah sudah seperti pembokat. Tapi kecuali kalau kesalahan kita sudah fatal banget baru deh ada yang namanya eksekusi. Karena juga nggak bisa dipungkiri kejadian-kejadian kecil yang bikin kita kadang-kadang jadi nggak akur. Cuma masalah bercanda bisa menjalar kemana-mana.
            Dan sekarang sudah mulai redup reda tentang omongan masyarakat yang dulu demen manggil kita dengan anak jalanan, karena efek dari seragam yang sekarang kita pakai. Padahal sebenarnya seragam ini nggak ngefek sama sekali dengan konsep belajar kita. Tapi sudahlah, lebih baik mengalah dulu dari pada harus perang.
            Pulang sekolah, aku nggak langsung balik kerumah, aku bingung. Aku jalan seperti tanpa arah. Dan tanpa kusadari sekarang pematang sawah sudah sangat jelas terlihat. Tapi lagi-lagi aku harus sendiri sekarang. Dengan tenang melangkah menuruni terasering dan parit-parit kecil mengalirkan air. Aku duduk ketika sampai diatas bangku semen yang menjadi pembatas rumput-rumput liar. Dua kaki yang tanpa harus beralas ini sedang kupijitin ke dalam air bening yang mengalir deras di bawah telapak kaki. Begitu jernih dan tidak membosankan suaranya yang gemericik ampuh untuk sekedar menjadi obat penenang.
            Wajahku menengadah ke pepohonan yang tumbuh berjajar diatas. Mencoba terapi perasaan dengan alam. Karena sekarang aku sedang lemah. Dan apapun yang terjadi, aku harus bisa berdiri.
            Pemandangan yang indah, udara yang bertiup tak mau berhenti menggelitiki perasaan ini. Rumput-rumput liar mencoba berbicara meski dengan bahasa mereka yang tak mungkin bisa ku pahami. Aku tersenyum sedikit. Mencoba membalas keramahan mereka terhadap masalah ini.
            Belajar tanpa guru atau pendamping begitu metode yang sengaja diterapin dikelas tiga. Ide beginian tercetus karena beberapa hal yang bikin kita optimis dan termotivasi untuk percaya bahwa semakin gede kita bisa semakin dewasa dan mandiri. Hal pertama, karena waktu kelas satu dan dua kemaren lumayan banyak jam kosong karena cuma ngandelin kedatangan guru. Sementara bapak ibu guru itu punya kesibukan mereka masing-masing yang nggak bisa ditinggalin. Hal kedua, ya itu tadi, kita pengen mandiri dan pengen kenalan sama yang namanya kesadaran akan pentingnya belajar dengan sebenar-benarnya. Nggak ngarepin guru, sekarang nggak ada lagi kalimat berbunyi jam kosong. Kita punya system sendiri yang kita kasih nama leader giliran. Tiap hari dari kita gantian buat bisa bawa kelas dengan sebaik-baiknya.
            Hari ini seluruh badanku sakit. Dari siang tadi, aku malas bangun. Dan aku nggak tahu harus ngomong apa. Aku malas. Gairah untuk masuk ke sekolah lagi jadi seperti hilang begitu saja. Aku seperti tidak dibutuhkan. Tapi begitu aku nggak ada untuk beberapa hari, semua sibuk mencari. Tapi memang percuma. Meski sudah ke seratus kalinya semua orang memaksa pengen tahu kata hati ini. Aku nggak mau ngomong. Bagiku sangat sulit. Sejenak aku diam untuk beberapa saat. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa mau ngungkap sebuah rasa saja sulit. Kenapa aku tadi lemah hanya karena persoalan sepele. Dan beberapa saat lagi, mataku malah langsung tabrakan sama satu pak rokok. Alung yang kasih. Pelan-pelan kuambil dan kupandangi.
            Hari minggu ini sekolah kami mau tanding persahabatan sama sekolah lain. Dan yang bikin aku semangat adalah seseorang, yaitu Kamel. Dia rencananya mau jadi supporter buat pertandingan kami.
            Disamping rumah, kami semua ngumpul. Dan sudah siap dengan pick-up yang akan membawa kita ke arena yaitu dilapangan lawan main. Nggak ada sejam kita sampai. Aku sedikit merilekskan badan dengan pemanasan. Dan begitu terlihat lawan main siap, timku melingkar untuk doa bersama. Yap! Pertandingan dimulai, posisiku kali ini bukan lagi sticker tapi back paling belakang.
            Lima belas menit, badanku mulai basah oleh keringat. Babak pertama berjalan lumayan teratur. Kita menang satu kosong. Aslam gantiin posisiku. Jadi bintang jago mencetak gol.
            Manit-menit berikutnya, pertandingan tidak sehat ini membuat beberapa orang daro timku harus mundur. Tapi baik dan buruknya permainan itu nggak Cuma bisa dilihat gol atau tidaknya seperti apa yang ada di benak mereka. Aku tahu, mereka pasti balas dendam.
            Menit-menit terakhir, keadaan benar-benar semakin kacau. Dan teramat sangat kacau. Staminaku kali ini malah banyak terkuras karena emosi! Aku lihat semuanya sudah lemah, sementara keadaan lawan main malah semakin persis algojo raksasa yang terus menghantui gerak gerik kami. Nyaris saja ada adegan berantem. Pas awal tadi, rencanaku memang mau bubarin bola ini dengan berantem fisik. Tapi kemudian ku buang jauh-jauh pikiran itu.
            Aku berhasil. Aku berhasil menggiring bola itu sampai ke gawang. Aku puas. Padahal tak semestinya posisi back ini bisa mencetak gol. Tapi aku berhasil!
            Kemudian semua bubar. Pertandingan yang jadinya unfriendship ini pun selesai sudah. Aku berjalan ke arah Kamel yang sedari tadi paling terlihat antusias kasih semangat.
            Sampai di sekolah, aku nggak langsung ke kelas. Duduk dulu dib alai-balai dapur Hilmy sekedar ngusir rasa kantuk. Tiba-tiba lagi nikmat-nikmatnya aku melekin ini mata, melintas Kamel dari arah kamar mandi. Dia nyapa begitu sadar ada aku.
            “Din, aku senang kamu senagai teman. Aku malah ngefans banget sama kamu. Tapi Din. Sorry ya kalau surat yang kamu kirim itu nggak bisa ku balas dengan kalimat yang sama. Aku harap kamu bisa ngerti semua kata-kata ini. Sorry ya Din”. Tapi sial aku nggak bisa ngelawan kata hatiku sendiri. Aku nggak bisa apa-apa kecuali menahan air mata agar tetap berhenti.
            Jam enam pagi aku bangun. Dan ini bisa di katakana tumben setelah aku bukan Udin yang dulu. Sejak aku berubah, aku jadi seperti nggak kenal dengan diriku yang dulu. Aku bingung, bimbang, bosan, capek, dan tentu saja sakit, terus terang sakit saat pernyataanku harus ditolak dengan sangat tegas. Dan untuk sekarang ini aku hanya bisa jadi pejalan kaki. Berjalan tanpa peduli apa yang bakal ku temui nanti.
            Aku sampai di tengah kota. Aku tahu disini ada tempat tongkrongan dari Alung. Meski nggak mewah, tapi lumayan kalau cuma buat ngusir stress.
            Sejak itu kedekatanku sama ganknya Alung makin hangat. Aku bebas berekspresi disana. Dan parah, sekarang aku bisa dibilang paling kuat mengkonsumsi nikotin dari pada mereka.
            “Udin, aku siap merebut kemenangan kembali”. Aku masih ingat kata-kata Helmy, dia pernah bilang belajar dari pengalaman, kebersamaan dan perjuangan itu jauh lebih berkesan. Aku sadar sekarang sikap egois itu nggak penting.
            Ibu senang aku kembali ke habitat lagi. Kembali pada nama Syamsudin yang dulu. Hari ini aku dibeliin bola sama ibu. Sore ini sepi, terpaksa aku ke lapangan sendiri. Tapi ketika aku iseng masukin bola ke gawang, ada seseorang yang mendadak jadi kipper. Hilmy mendekat sambil sudah mendekap bolaku dengan kedua tangannya. Aku jelas nggak mau kalah dan saling berebut untuk mendapatkan bola itu. Sampai saatnya hujan deras itu turun lagi. Kami berdua nggak peduli.
            Aku yakin suatu saat nanti kalau sudah gede, aku dan Hilmy bakalan menjadi kebanggaan Indonesia. Membangun kembali nama baik yang selama ini terpuruk. Seperti sekarang, aku dan Hilmy begitu agresif, ambisius dan sangat ekspresif demi merebutkan bola bulat ini. Berlari, berlari dan berlari untuk mendapatkan sesuatu yang kita cari.

















TENTANG PENULIS
Maiya Rosyida
            Orang yang paling cuek, keras, gila, jelek, sok sibuk dan slenge’an yang pernah kita temuin di dunia. Diajak ngobrol enak plus asyik. Tapi kalau diajak curhat, nggak enak banget. Dia malah langsung pergi kalau ada anak-anak cewek yang mulai bahas-bahas masalah yang menurut kita penting tapi menurut dia nggak penting banget itu. Dan jadi galak and sinis kalau sudah mulai berhubungan sama film atau teater. Anaknya nge-rock. Tapi kalau lagi gitaran, lagunya nggak pernah jelas. Suka nggeremeng sendiri. Ngarang lagu asal-asalan.
            Ngaku nggak suka politik tapi tetep cerewet kalau ada yang mulai ngomongin politik. Apalagi kalau sudah membahas film. Nggak ada habisnya tuh. Ngritik sana ngritik sini sampai yang diajak omong pusing sendiri. Suka beli novel tapi habis itu dibuang.
            Masalah penampilan dibilang tomboy nggak. Tapi kita juga nggak setuju kalau ada yang bilang dia feminin. Masalahnya ni anak memang aneh banget. Dibilang laki-laki nggak. Tapi kalau disebut perempuan, malah tambah nggak deh. Nggak tersinggungan, nggak pernah naksir cowok, agak kasar dan mulai nyebelin kalau jailnya kambuh. Nyebelinnya lagi, kalau sudah mulai duduk mematung di depan komputer. Bikin yang ngantri di belakang jadi ngiri, pengen banget ngetik-ngetik nggak jelas kayak dia begitu. Apalagi kalau sudah ngetik ditemenin sama lagu-lagunya The Cranberries. Sudah deh, ngak ada harapan kita buat antri komputer. Tapi giliran bosen komputer, dia suka maksa-maksa anak-anak cowok buat ambil gitar dan genjrengan sama mereka. Tapi sayangnya, ini jarang banget terjadi. Hehe. Soalnya saat ini dia masih konsen sama timbunan novel dan skenarionya yang masih acak-acakan di komputer. Satu hal yang paling penting, dia anaknya semangat dan sangat ambisius. Senangnya lagi kalau dia sudah mulai sibuk ngurusin filmnya. Pokoknya, sukses buat kamu, coy! Kita-kita ngedukung kamu.


KELEBIHAN
            Novel karya Maia Rosyida ini punya pesan kuat tentang kebebasan dengan latar sekolah luar biasa yang inspiratif. Yang menggugah semangat baru. Kisah remaja mengejar cita-cita lewat sekolah bebas, seta menifestasi nilai-nilai persahabatan yang memukau. Dan novel ini tersaji dalam bahasa yang tegas, lugas, menarik, dan banyak mengungkap solusi-solusi bagi pendidikan negeri.

KEKURANGAN
            Ulasan buku karya Maia Rosyida ini tidak menggunakan kata pengantar, dan sebagian besar dari kata-katanya menggunakan kata yang kotor, seperti : “jancok”, “bacot”,”asyem” yang tidak baik bagi pembacanya













RESENSI NOVEL
“SEKOLAHKU BUKAN SEKOLAH”
Karya : Maia Rosyida



Oleh :
smilecrew
XII IPA 3



SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SRONO
TAHUN AJARAN 2011 – 2012
pan cla�6<�� ��� le='mso-bidi-font-size:12.0pt;line-height:150%;letter-spacing:.75pt'>ari Kelompok 6
v Bagaimana caranya untuk mangatasi anak yang brutal karena kurangkasih sayang orang tua? 
v Jawabannya : Orangtua harus mengerti dasar-dasar pendidikan sehingga dapat memberikan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan yang diperlukan anak. Orang tua juga harus sedikit meninggalkan urusan karier untuk mengurusi masalah serta konflik yang dialami anak dan Orang tua perlu menunjukkan kesabaran dalam menghadapi perubahan tingkah laku remaja yang sulit diduga sifat, sikap dan jalan pikirannya

Kesimpulannya

Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja yaitu menanamkan nilai-nilai moral dan hal itu dapat dimulai dalam rumah tangga dan dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Pembinaan tersebut bisa dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik. Dan pembinaan itu harus dimulai dari orang tua baik perlakuan, pelayanannya kepada remaja memperlihatkan contoh teladan yang baik dan sebagainya serta pemerintah juga sudah membuat program untuk mengatasi masalah kenakaln remaja ini salah satunya yaitu penyuluhan bahayanya narkoba oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) ke sekolah-sekolah serta mengadakan tes urine ada pula program pemerintah selain itu yaitu Penyuluhan oleh Kepolisian Lalu lintas mengenai cara berkendara yang baik di jalan raya ke sekolah-sekolah karena banyak sekali para remaja yang tidak menaati peraturan lalu lintas seperti ugal-ugalan di jalan.

0 komentar:

Posting Komentar